Kamis, 10 Desember 2009

Analisa Kuantitatif

    1. Pengertian Analisa Kuantitatif

Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat (Svehla, 1985). Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang di analisis (Day dan Underwood, 2002).Pengertian lain dari analisa kuantitatif adalah analisa yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar senyawa kimia dalam suatu bahan atau campuran bahan (Sumardjo, 1997).


    1. Macam-Macam Analisa Kuantitatif

Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif dibagi menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif instrumental, yaitu metode analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-alat instrumen, dan analisa kimia konvensional. Metode dalam analisa kuantitatif dibedakan menjadi 2 bagian: metode gravimeter, yaitu penetapan kadar suatu unsur atau senyawa berdasarkan berat, tetapnya dengan cara penimbangan. Cara dilakukan dengan unsur atau senyawa yang diselidiki dan bahan yang menyusunnya. Bagian terbesar yang dilakukan metode gravimetri adalah perubahan unsur berat tetapnya. Berat senyawa selanjutnya dapat dianalisa berdasarkan jenis senyawa (khoppar, 1990).. Metode volumetri, adalah analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan baru yang lebih diketahui kadarnya. Dengan mengetahui jumlah larutan baru yang ditambahkan dan reaksinya berjalan secara kuantitatif sehingga senyawa yang dianalisis dapat dihitung jumlahnya (Sumardjo, 1997).

Volumetri merupakan suatu cara analisis kuantitatif dan reaksi kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan dengan zat lainnya telah diketahui konsentrasinya sampai tercapai suatu titik ekuivalensi hingga kepekatan zat yang kita cari dapat dihitung. Larutan yang kita ketahui konsentraasinya dengan teliti disebut larutan standar. Larutan ini biasanya diteteskan dari buret ke dalam erlenmeyer yang mengandung reaksinya selesai. Proses ini dinamakan titrasi. Titik dimana terjadi perubahan karena indikator disebut titik titrasi. Titik ini seharusnya jatuh pada titik yang bersamaan, tetapi hal ini sulit karena kesulitan dalam mencari indikator yang pH intervalnya mendekati pH ekuivalen. Perbedaan antara titik ekuivalen dengan titik titrasi disebut kesalahan titrasi (Day dan Underwood, 2002). Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang dalam larutan akan terionisasi sebagian dimana warna yang terionisasi berbeda dengan warna yang tak terionisasi (Sumardjo, 1994).

Analisis volumetri merupakan suatu analisa untuk menentukan suatu volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Biasanya untuk mengukur volume larutan standar tersebut harus ditambahkan dengan melalui alat yang disebut buret. Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi (Lehninger, 1995).

Reaksi dalam volumetri dibedakan menjadi 3: (1) Reaksi netralisasi adalah suatu proses terbentuknya garam dari reaksi asam dan basa. Contoh reaksi: HCl + NaOH NaCl + H2O. (2) Reaksi pengendapan atau pembentukan senyawa kompleks. Reaksi meliputi pembentukan ion-ion kompleks atau pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan (Khoppar, 1990). Contoh reaksi: AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3, KCN + AgNO3 K{Ag(CN)2} + KNO3, K{Ag(CN)2} + AgNO3 Ag{(CN)2} + KNO3. (3) Reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung secara serentak, dimana jumlah elektron yang dilepaskan pada oksidasi harus sama dengan elektron yang didapatkan pada reduksi, Contoh reaksi: 2FeCl3 + SnCl2 2FeCl2 + SnCl4. (Surakiti, 1989).Analisa volumetri dapat dibedakan menjadi: (1) Asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri: bila yang diketahui konsentrasi asamnya. Alkalimetri adalah apabila konsentrasi basanya diketahui. (2) Oksidimetri dibagi menjadi dua yaitu permanganametri dan kromatometri. Permanganametri sebagai oksidatornya adalah KMnO4. Reaksinya: MnO4- + 8H+ Mn2+ + 4H2O. Kromatometri bila kita mamakai oksidator K2Cr2O7. Reaksinya: Cr2O72- + 14H+ Cr. (3) Kalorimetri adalah titrasi dengan iodium secara tidak langsung. Iodometri adalah titrasi dengan iodium secara langsung. Reaksinya: I2 + 2S2O32- 2I- +S4O62- I2 + 2e- 2I- I + e- I- (Day, dan Underwood, 2002).






DAFTAR PUSTAKA





Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.


Khoppar, S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.

Lehninger, A. 1995. Dasar - Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta. Terjemahan Maggy Tenawidjaja.

Sumardjo. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I. Fakultas Kedokteran Umum, Semarang.

Surakiti. 1989. Kimia Program Ilmu Biologi dan Ilmu Fisik. Intan Pariwara, Klaten.

Svehla, G. 1985. Kimia Analisis. PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta. Terjemahan Setiono.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar